mediasurabaya.com - Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan budaya yang beragam, memiliki tradisi unik di setiap daerahnya. Misalnya, di Maluku terdapat tradisi pukul sapu (Manyapu) di mana pemuda saling memukul dengan sapu ijuk hingga terluka, yang merupakan praktik yang jarang diketahui di luar sana.
Di daerah Bojonegoro, tradisi mengharuskan anggota keluarga tidur di lantai saat ada yang meninggal, disertai dengan upacara bancaan atau syukuran dengan bubur merah. Namun, di Surabaya, ada beberapa tradisi lokal yang mulai terlupakan dan terancam punah.
Ingin tahu lebih banyak tentang tradisi yang saya maksud? Mari kita jelajahi tiga di antaranya:
Manten Pegon adalah perpaduan budaya Arab, Cina, Belanda, dan Jawa dalam upacara pernikahan. Dimulai pada abad ke-19 di Surabaya, upacara ini mencerminkan keragaman budaya pelabuhan kota tersebut. Busana pengantin menggabungkan elemen dari keempat budaya tersebut, menciptakan tradisi yang kaya akan simbolisme.
Berbeda dengan tradisi umum di Jawa, masyarakat asli Surabaya melarung ari-ari bayi ke lautan. Upacara ini diharapkan memberikan anak wawasan luas seperti lautan dan keberuntungan dalam hidupnya. Meskipun jarang terlihat, tradisi ini masih dijaga dengan ketat di beberapa daerah pesisir Surabaya.
Di daerah Sambikerep, Surabaya, masih ada tradisi gulat okol yang dilakukan di atas jerami. Mirip dengan sumo Jepang, peserta menggunakan selendang untuk menjatuhkan lawan tanpa menyentuh tubuh langsung. Meskipun jarang terlihat di era modern, tradisi ini tetap dilestarikan dalam acara-acara khusus seperti sedekah bumi.
Inilah tiga tradisi unik Surabaya yang mungkin belum banyak diketahui orang, namun penting untuk dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.