mediasurabaya.com, SURABAYA - Yayasan Global Cross Culture bekerja sama dengan Mokpo National University untuk meningkatkan pendidikan bagi generasi muda Indonesia, memungkinkan mereka memperoleh jenjang pendidikan yang lebih baik. Nota kesepahaman (MoU) tersebut ditandatangani oleh Erman Soeparno, Ketua Yayasan Global Cross Culture, dan Presiden Mokpo National University, Song Ha Ceol.
Kerja sama ini adalah terobosan penting bagi kedua pihak. Selain meningkatkan kualitas pendidikan, kerja sama ini juga bertujuan menyalurkan tenaga kerja setelah para siswa menyelesaikan pendidikan mereka. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi pemerintah Indonesia dalam pembangunan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Erman Suparno menyatakan bahwa kerja sama ini adalah langkah awal dan nyata dari Yayasan Global Cross Culture dalam membantu pemerintah membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui yayasan ini, generasi muda Indonesia akan memiliki kesempatan untuk menimba ilmu dalam jenjang pendidikan yang lebih baik.
"Kegiatan Global Cross Culture dan pembelajaran bahasa Korea akan disiarkan melalui platform ICONPLAY," ujar Erman.
Song Ha Cheol, pemimpin Mokpo National University, juga menyambut baik kerja sama ini. Dengan pengalaman dan sistem pendidikan yang telah terbentuk selama puluhan tahun, MNU menjadi mitra strategis bagi Yayasan Global Cross Culture.
"Kami akan memberikan upaya terbaik dalam pelaksanaan kerja sama ini," tutur Song Ha Cheol.
Komaruddin Hidayat, salah satu pendiri Yayasan Global Cross Culture, menambahkan bahwa yayasan akan mendukung program pendidikan dan penyaluran tenaga kerja, termasuk pembiayaan pendidikan melalui berbagai skema.
"Dengan demikian, semua orang akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih cita-cita," ucap Komaruddin Hidayat.
Yayasan Global Cross Culture didirikan oleh mantan Menteri Tenaga Kerja Erman Suparno, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat, dan mantan Gubernur Lemhanas Soesilo Soepandji. Dari Korea Selatan, para pendiri yayasan termasuk Teddy Leslie Kim, Daniel Kim, Kim Nam Yong, Cho Duckjin, dan Myung Ryul Michael Sou.
Teddy Leslie Kim, pengusaha Indonesia asal Korea dan salah satu pendiri yayasan, menyatakan bahwa kerja sama ini mencakup pelatihan bahasa dan budaya Korea. Potensi kerja sama lainnya meliputi pembuatan Kampus Korea di Indonesia, pengiriman mahasiswa dari Indonesia (D3, S1, dan tingkat lainnya), serta pengiriman tenaga kerja profesional Indonesia ke Korea.
"Kami mengharapkan dukungan dari pemerintah terkait regulasi, fasilitasi, dan advokasi, khususnya dalam bidang pendidikan, pelatihan kompetensi, dan profesionalitas tenaga kerja dari Indonesia," papar Teddy Leslie Kim.